Powered By Blogger

Kamis, 09 April 2015

AUTISME .... INTRODUKSI.

Autisme merupakan kondisi mental yang dialami pada masa awal kanak-kanak ( kurang dari usia tiga tahun), sebagai akibat dari gangguan perkembangan susunan saraf.  Sebelum melangkah lebih jauh saya ingin memberikan ulasan mengenai "mental".  Mental berasal dari kata Metis (latin) yang artinya jiwa, semangat, terkait dengan akal (pikiran / rasio), jiwa, etika, tingkah laku.  Secara otomatis jika mental terganggu maka akan menimbulkan perilaku yang tidak biasa. Autisme menurut DSM - V ( The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) edisi ke -5 dari Asosiasi Dokter Kesehatan Jiwa Amerika dikategorikan menjadi ASD ( Autisme Spectrum Disorder) meliputi PDD-NOS (pervasive developmental disorder-not otherwise specified), Asperger disorder, Autistic Disorder, Childhood Disintegrative Disorder, Unusually Sensory Behavior.  Jadi mulai dari tahun 2013 diagnosa tersebut tidak lagi dibedakan tetapi menjadi satu spektrum dimana memang tingkat keparahan yang berbeda.  Terdapat dua gejala utama pada ASD ini yaitu :
1. Interaksi sosial dan komunikasi yang terganggu
2. Perilaku khas, terbatas dan berulang-ulang
Gejala dan tanda-tanda yang dapat kita lihat bahwa anak-anak "autisme" ini tidak seperti anak lainnya adalah (selain dua gejala utama diatas) :
1. kontak mata yang buruk
2. tidak menunjuk
3. reaksi yang tidak normal terhadap adanya rangsangan dari luar 
4. mundurnya perkembangan (misalnya tadinya bisa menguasai beberapa kosa kata kemudian hilang)
5. kesulitan interaksi sosial (senang menyendiri, main di pojokan sendiri)
6. kesulitan komunikasi
7. perilaku yang tidak wajar ( tepuk tangan dan mengibaskan tangan berulang-ulang, senang melihat sesuatu yang berputar seperti kipas angin, main tidak semestinya seperti anak-anak lain)
8. terlambat bicara / kehilangan kata-kata
9. terlambat merangkak / tidak merangkak
10. tidak tertarik terhadap lingkungan sekitarnya ( tidak mengerti dan sadar akan bahaya)
11. tidak tersenyum waktu diberi salam oleh orang tua dan orang-orang yang dikenalnya
12. tidak adanya respon yang wajar pada waktu sakit dan kecelakaan secara fisik (jatuh, terjepit)
13. bermain yang tidak normal
14. hiperaktif atau sangat pasif
15. hipersensitif atau hiposensitif terhadap suara
16. Menangis dan tertawa yang tidak wajar
17. Berjalan jinjit
18. Picky eater (memilih makanan)
19. tonus otot lemah
20. gerakan motorik abnormal 
21. perilaku melukai diri sendiri dan orang lain
Jika anak- anak dengan ASD dilakukan intervensi dini maka 85% akan mengalami kemajuan.  Saya ingin menghimbau untuk semua orang khususnya para orang tua yang memiliki anak-anak terutama batita (bawah tiga tahun) agar lebih waspada biasanya para orang tua terutama yang sangat sibuk hanya peduli hanya peduli pada keadaan "fisik" semata yaitu makan, minum, ada pengasuh, imunisasi rutin ke dokter.  Tapi tidak pernah memperhatikan tumbuh kembang anak secara optimal, karena orang tua beranggapan saya sudah rutin dan rajin ke dokter.  Ayo kita lebih peduli.  Dan memang biasanya keadaan anak -anak seperti ini yang pertama kali tahu bahwa anak-anak ini "tidak normal" adalah orang-orang terdekat seperti kakek, nenek, paman, tante, dll; bukan DOKTER / TENAGA KESEHATAN. 
Lalu mengapa kita harus peduli ?
*Walaupun di Indonesia belum ada angka pasti , pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik memperkirakan 112.000 anak dibawah 15 tahun menderita Autisme. 
*CDC (cernters for disease control and prevention) pada tahun 2010 menyatakan bahwa 1 dari 68 anak-anak usis 3-17 tahun menderita ASD
*UNESCO pada tahun 2011 menyatakan 35 juta orang di dunia = 6 dari 1000 orang mengidap Autisme.
*Biaya untuk perawatan anak-anak autisme ini luar biasa mahalnya , di Amerika untuk satu anak memerlukan 40.000-60.000 USD per tahun  atau setara 520.000.000 - 780.000.000 IDR per tahun ya kira-kira 50juta rupiah sebulan.  Tidak kalah mahalnya untuk di Indonesia sekitar 20juta-30 juta sebulan kecuali masyarakat dengan golongan ekonomi sederhana terkadang mereka hanya mengurung dan memasung anaknya di rumah sangat memprihatinkan.
*Hampir semua terapi untuk autisme tidak dicover oleh asuransi
*Prevalensi autisme lebih besar dari diabetes juvenile, leukemiam dan AIDS pada anak
*56% tamat SMA (ini di Amerika loh )
*70-80% orang tua yang memiliki anak autisme bercerai

Hal yang paling menakutkan dari orang tua adalah : SIAPA YANG MERAWAT ANAK SAYA PADA WAKTU SAYA SUDAH TIADA ?

Sampai sekarang belum ada pemeriksaan untuk diagnosa pasti autisme artinya belum ada "biologic markers" yang ada sampai saat ini walaupun penderita autisme mengalami ketidak normalan secara metabolik.

Yang dapat kita lakukan adalah kenali gejala-gejalanya kemudian hubungi dokter dan pusat terapi untuk intervensi dini.  Dan ternyata RUMAH adalah tempat awal kita untuk intervensi dini !.  Nanti akan saya lanjutkan tulisan saya mengenai Terapi Biomedis untuk ASD , Diet untuk ASD, Sejarah Autisme, dll.


Semoga Sehat dan Bahagia,
dr. lavinia suryadi, M.Biomed (laviniasuryadi@hotmail.com)



Minggu, 03 November 2013

DEPRESI PASCA MELAHIRKAN (POSTPARTUM DEPRESSION)

Hamil dan melahirkan adalah sesuatu hal yang sangat luar biasa dan harus disyukuri.  Pengalaman hamil dan melahirkan sangat unik dari setiap individu.  Seperti pengalaman saya adalah pada waktu hamil anak pertama saya tidak mengalami hal-hal yang mengganggu kecuali keluarnya flek pada awal-awal kehamilan, sangat produktif bahkan H-1 saya masih bekerja.  Hamil anak kedua persamaannya adalah keluarnya flek pada awal-awal kehamilan tetapi pada awal kehamilan timbul juga rasa mual dan tidak napsu makan.  Kemudian proses melahirkan kedua anak saya melalui proses operasi SC (sectio caesarean). 
Setelah proses melahirkan anak pertama timbullah rasa tidak nyaman, tidak happy, sedih yang disebut dengan baby blues syndrome saya tidak ingat secara detail , seingat saya hal tersebut berakhir setelah 3 minggu setelah melahirkan.  Proses setelah melahirkan anak kedua lebih parah lagi rasa tidak happy itu sangat besar sampai-sampai suatu waktu saya tidak mau menyusui anak saya ( I was very sorry dede).  Ditambah lagi kelelahan fisik yang sangat luar biasa.  Tetapi pada akhirnya keadaan itu berakhir mungkin sekitar 10 mingguan.
3 Nov 13 ; 5.30 AM (pagi hari)
Pada tulisan pagi hari ini saya ingin berbagi mengenai postpartum depression (depresi paska melahirkan atau depresi setelah melahirkan), pada tulisan ini saya singkat menjadi DPM (depresi paska melahirkan).   Ternyata sebanyak 10% dari ibu-ibu yang melahirkan mengalami keadaan DPM.  Pada waktu proses kehamilan tubuh kita secara otomatis mengalami pengaturan ulang dari hormon-hormon, terkadang terjadinya ketidakseimbangan hormonal.  Pada waktu melahirkan, penurunan kadar hormon estrogen terjadi sebanyak 2000 kali dan penurunan kadar progesterone juga terjadi secara hebat.  Hal-hal ini mencetuskan depresi. Selain itu factor-factor yang berkontribusi terhadap keadaan DPM adalah fisik, emosional dan gaya hidup. DPM ini memiliki perbedaan dengan baby blues syndrome dimana baby blues syndrome hanya berlangsung sebentar dan derajatnya tidak separah DPM).  Yuk kita kenali gejala-gejala dari DPM : menurunnya napsu makan, kesulitan untuk bonding dengan bayi, kelelahan yang berlangsung terus menerus, merasa khawatir dan bersalah tanpa sebab,  mudah tersinggung dan marah, insomnia, kehilangan napsu seksual, mood swing, menarik diri dari kehidupan sosial. 
 
Lalu jika kita mengalami DPM kita harus bagaimana ?
1. Keluarga harus mendukung terutama suami jadi si suami sebaiknya paham keadaan yang terjadi pada pasangannya
2. Konseling kepada professional (dokter, psikolog atau psikiater)
3. Obat Antidepresan, penggunaan obat antidepresan harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu
4. Terapi sulih hormon estrogen dan progesterone
5. Konsumsi Omega-3 (fish oil) yang "pharmaceutical grade" 1000-2000 mg per hari
Jika ada pertanyaan lebih lanjut boleh mengirimkan email ke : laviniasuryadi@hotmail.com
 
Best Health To You
Lavinia Suryadi, MD, M.Biomed, ABAARM
 

Kamis, 31 Oktober 2013

DETOXIFICATION…….SEKEDAR IKLAN ATAU ILMU PENGETAHUAN?


Istilah “detoksifikasi”, kebanyakan dari kita pasti pernah mendengar kata detoksifikasi ini, sebagian besar berhubungan dengan terapi terhadap ketergantungan obat-obatan.  Detoksifikasi adalah salah satu proses fisiologis (proses alami) yang terus menerus berlangsung pada tubuh kita dimana proses ini berfungsi untuk mengurangi efek-efek negative yang ditimbulkan oleh bahan-bahan toksin  (bersifat racun) baik yang didapat dari luar maupun di dalam badan tubuh kita sebagai zat akhir metabolisme dan juga bakteri.  Bahan-bahan toksin dari luar meliputi obat-obatan, herbisida, pestisida, bahan-bahan pembersih rumah tangga (pembersih toilet, cairan untuk mengepel, semprotan pembasmi nyamuk, dll), pengawet makanan, polusi udara, logam-logam berat seperti merkuri, aluminum, cadmium, arsenic dan lead termasuk stress.  Bahan-bahan toksin ini akan disimpan dalam jaringan lemak, kulit, rambut, tulang, dan organ-organ lain yang transportasinya melalui sirkulasi darah.  Dari organ-organ tersebut, bahan toksin yang larut dalam air akan dikeluarkan secara langsung melalu ginjal (bayangkan jika ginjal kita tidak berfungsi dengan baik dan mengalami kerusakan).  Sedangkan bahan toksin yang larut dalam lemak harus melalui organ liver (hati) untuk diubah menjadi bahan yang larut dalam air (biotransformasi) sehingga bisa dikeluarkan (eliminasi) oleh tubuh.  Organ utama yang memainkan peran dalam proses biotransformasi detoksifikasi tentunya HATI (LIVER), dan organ utama yang memainkan peran untuk pengeluaran bahan toksin adalah PARU-PARU, GINJAL, PENCERNAAN (USUS BESAR), dan KULIT.  Proses detoksifikasi yang meliputi biotransformasi dan eliminasi ini tentunya merupakan proses yang berlangsung terus menerus dan memerlukan energi yang besar.  Karena proses inilah sel-sel tubuh mencapai kesehatan yang optimal.

Bahaya toksin ? Bahan-bahan toksin berpengaruh buruk kepada kesehatan melalui beberapa jalur, yaitu merusak keutuhan dari membran (pelindung) sel, replikasi sel, perbaikan sel, komunikasi sel, pengeluaran sampah dan produksi energi.  Sel-sel ini merupakan unit terkecil dari tubuh jika mengalami gangguan dampaknya adalah ke sistem organ seperti fungsi imunitas (kekebalan tubuh),jerawat, kanker, hormon yang tidak seimbang, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, obesitas, gangguan saraf dan tulang, dll.  Menjadi permasalahan yang serius jika tubuh kita terus terpapar oleh bahan-bahan toksin secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama. 

Lantas harus bagaimana ? Sebisa mungkin kurangi paparan bahan-bahan toksin contoh yang paling mudah adalah kurangi/hindari makanan yang mengandung pengawet, makanan olahan, jika memungkinkan konsumsi makanan organic, kemudian cara lain adalah mengikuti program detoksifikasi untuk mengurangi beban dari organ detoksifikasi sekaligus menutrisi organ-organ tersebut.  Begitu banyak program yang ditawarkan dari hanya minum air putih, hanya minum jus saja sampai masuk ke dalam infrared sauna, yang manakah yang terbaik ?.  Program yang terbaik adalah program yang disesuaikan dengan keadaan kesehatan pasien dan program ini dapat berpengaruh positif  kepada perilaku (gaya hidup) dan proses metabolisme tubuh dalam jangka waktu lama.  Untuk mendapatkan hasil optimal dari program detoksifikasi, konsep-konsep ini harus diperhatikan :

1.      Hidrasi (minum air)optimal

2.      Tidur berkualitas dan cukup

3.      Konsumsi makanan organik, protein non hewani, dominansi sayur dan buah, bebas gluten dan olahan susu (dairy)

4.      Suplementasi multivitamin dan mineral, karena proses detoksifikasi ini merupakan proses yang sangat membutuhkan zat gizi dan energi tinggi

5.      Mengurangi paparan toksin : pengawet, lemak jenuh, trans fat, gula, logam berat, polusi, stress yang berlebihan, olahraga yang berlebihan

6.      Mengoptimalkan kesehatan saluran pencernaan dengan asupan probiotic, enzim berkualitas baik untuk memperbaiki penyerapan makanan

7.      Megoptimalkan fungsi dan kesehatan liver dengan suplemen nutrisi dan herbal yang berkualitas baik dan memiliki standarisasi yang baik seperti milk thistle, NAC, lipoic acid, glycine, dll

8.      Minimalisasi proses peradangan sistemik dengan konsumsi suplemen seperti minyak ikan berkualias baik, bromelain, quercetin dan curcumin

9.      Infrared dry sauna untuk memaksimalkan eliminasi racun dari kulit

10.  Pijat limfatik

Sebelum melakukan program sangat dianjurkan kepada seluruh pasien untuk berkonsultasi dan mendapatkan pengarahan dari ahlinya.  Sangat tidak dianjurkan jika sekedar ikut-ikutan setiap manusia itu unik dengan status kesehatan yang berbeda.

 

Blessed With Radiant Health To You J

dr. Lavinia Suryadi, M.Biomed(AAM), ABAARM

AAM=Anti-Aging Medicine

ABAARM=American Board of Anti Aging and Regenerative Medicine
email : laviniasuryadi@hotmail.com
 

Selasa, 08 Oktober 2013

Langsing dan Hilangkan Lemak Perut dengan CLA


Pada waktu menyelesaikan TESIS saya pada tahun 2012 , saya memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai CLA (conjugated linoleic acid) yang dalam bahasa Indonesianya disebut ALT (asam linoleat terkonjugasi) yang berfungsi untuk menurunkan berat lemak abdominal.  Selain lemak abdominal (perut) saya juga mengukur penurunan berat badan pada subyek penelitian.  Lalu apa sih yang mendorong saya untuk melakukan penelitian ini ?
 
Yang pertama adalah angka obesitas (kegemukan) di Indonesia yang sangat memprihatinkan, ditambah lagi sekarang banyak anak-anak yang sudah menderita obesitas.  Obesitas bukan masalah estetik semata loh, bahaya dan risiko berbagai penyakit sangat berkaitan erat dengan si obesitas ini.
 
Bahan CLA yang digunakan adalah Tonalin (brand name for CLA) dan bagaimana hasilnya ? Ternyata hipotesis penelitian saya terbukti memang di CLA ini selain menurunkan berat badan juga menurunkan berat lemak abdominal.  Berat lemak abdominal saya fokuskan karena ternyata penelitian menunjukan bahwa semakin banyak lemak pada area abdominal sangat berkaitan erat dengan factor risiko metabolic seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, gangguan hormonal bahkan kanker dibanding tertumpuknya lemak pada area lain.  Tertarik untuk mencoba ?
 
DETAIL THESIS
PEMBERIAN ASAM LINOLEAT TERKONJUGASI SECARA ORAL MENURUNKAN BERAT LEMAK ABDOMINAL PADA TIKUS JANTAN WISTAR OBESITAS

Oleh : LAVINIA SURYADI | -
Bidang Ilmu : Biomedik | Tahun Penelitian : 2012


ABSTRAK

Obesitas telah menjadi epidemi di seluruh dunia dan merupakan faktor yang sangat berperan terhadap banyak penyakit kronis. Banyak penelitian menunjukkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes tidak tergantung pada kelebihan lemak seluruh tubuh, tetapi lebih pada lokasi dari kelebihan lemak. Untuk menjelaskan hal ini, maka dikenal obesitas abdominal yang merupakan salah satu jenis obesitas yang memiliki kaitan dengan peningkatan risiko yang berperan terhadap terjadinya peningkatan penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus tipe-2. Intervensi dengan pemakaian produk nutraceutical pada saat ini banyak diteliti dalam skala besar sebagai terapi yang potensial untuk penurunan berat badan dan obesitas. Asam linoleat terkonjugasi (ALT) dalam campuran dengan jumlah yang sama antara isomer t10c12 dan c9t11 memiliki indikasi untuk penurunan berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki penurunan lemak abdominal pada tikus wistar jantan obesitas untuk efek jangka pendek menggunakan ALT. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan post-test only control group design yang dilakukan di laboratorium Animal Unit bagian Farmakologi- Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar pada bulan Mei – September 2012. Penelitian ini menggunakan 36 ekor tikus wistar jantan, usia 2-3 bulan, obesitas (Index Obesity Lee). Semua tikus diinduksi menjadi obesitas dengan pemberian diet tinggi karbohidrat dan tinggi lemak selama 10 minggu. Tikus yang memenuhi kriteria dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol (P0) diberikan plasebo. Kelompok kedua merupakan kelompok perlakuan (P1) yang diberikan ALT dengan dosis 152 mg. Kedua kelompok tersebut diberikan diet tinggi karbohidrat dan tinggi lemak bersamaan dengan pemberian ALT. Diet tinggi karbohidrat dan tinggi lemak, ALT, dan plasebo diberikan selama 28 hari. 0,68gram.±0,83gram, sedangkan pada kelompok perlakuan (P1) sebesar 1,77±0,73gram. Rerata berat lemak viseral pada kelompok kontrol (P0) sebesar 4,23±0,65gram sedangkan pada kelompok perlakuan (P1) sebesar 2,00±Pengukuran lemak viseral dan subkutan abdominal dilakukan pada hari ke 29. Hasil penelitian kedua kelompok dianalisis dengan uji T-Independent. Hasil analisis sesudah perlakuan didapatkan rerata berat lemak subkutan abdominal pada kelompok kontrol (P0) sebesar 3,21 Penelitian ini menunjukkan bahwa ada penurunan yang signifikan untuk lemak viseral dan subkutan abdominal antara kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan setelah diberikan diet tinggi karbohidrat dan tinggi lemak serta ALT selama 28 hari.

Rabu, 25 September 2013

sibuk...sibuk...sibuk

Semenjak bulan Agustus sampai pertengahan Desember adalah masa-masa sibuk :).  Lebaran, mengurus keperluan sekolah anak karena kebetulan si sulung masuk SD, mama operasi tulang belakang di Penang, Malaysia.  Di masa-masa sibuk ini praktek dan menjadi supplier beberapa supplement tetap berjalan. 
Ada beberapa poin yang saya anggap penting pada masa sibuk ini :
- Tidak ada ART selama sekitar 3 minggu , dinikmati saja tidak panik malahan kerjaan bersih dan selesai juga ( team work dengan my hubby)
- Semakin dekat dengan anak-anak : dari menyiapkan bekal makanan, buku-buku sekolah dan menemani buat PR dan belajar .  Keadaan ini saya semakin paham kelebihan dan kekurangan anak-anak saya , si sulung itu disiplin dan cerdas tetapi ketelitiannya kurang.  Si bungsu itu disiplin dan penurut tetapi sensitif sekali perasaannya.
-  Komunikasi dengan pasien banyak melalui email, terima kasih kepada kemajuan teknologi komunikasi
-  Menemani masa post operasi tulang belakang mama saya hitung-hitung sekalian refreshing, kuliner, belajar hal-hal baru dan bertemu orang-orang baru
-   Semakin Bersyukur kepada Allah.

God is GOOD all the time.......

Integrative Medicine

Rabu, 25 September 2013

Kesehatan yang optimal dapat dicapai pada saat terjadinya keseimbangan dari body, mind, and spirit.  Body (Tubuh, Raga) merupakan badan kita yang terdiri dari 206 buah tulang, 22 organ dan lebih dari 600 buah otot, 96.450.000 km pembuluh darah.  Untuk menjaga raga yang kita lakukan adalah makan, minum, dan aktivitas fisik.  Mind meliputi pikiran dan perasaan, persepsi dari panca indera kita, reaksi emosional, proses mental termasuk mimpi.  Yang ketiga adalah spirit (jiwa, napas kehidupan, roh).  Ketiga komponen ini jika berjalan selaras dan seimbang kita akan mendapatkan kesehatan yang optimal. 
 
Untuk menuju keselarasan dari ketiga komponen tersebut system pengobatan yang baik adalah dengan cara integrative medicine ( kedokteran integratif).  Banyak orang yang berasumsi bahwa integrative medicine adalah pengobatan alternative atau komplementer.  Sebenarnya integrative medicine adalah cara terapi atau pengobatan dengan pendekatan menyeluruh dimana ada penggabungan kedokteran konvensional (western medicine) dengan pengobatan komplementer, dimana dokter akan mengobati pasiennya secara "whole person" bukan hanya terfokus pada penyakit dan gejala-gejala yang dirasakan pasien.   Penggabungan kedokteran konvensional dan komplementer inilah yang menjadi sinergi dalam proses penyembuhan pasien. 
 
Dokter akan membutuhkan waktu lebih lama dengan pasien mendengarkan semua keluhan pasien, memahami interaksi genetik, lingkungan dan gaya hidup yang berpengaruh,  mengedukasi pasien dimana pasien juga terlibat pada proses penyembuhan, pendekatan terapi sebisa mungkin sealami dan seaman mungkin. Kemudian selain itu berfokus kepada pencegahan melalui nutrisi, diet, olahraga, pengelolaan stress, penggunaan supplement, program detoksifikasi, terapi sulih hormone, dll
 
Tertarik dengan INTEGRATIVE MEDICINE ?
 
 
 
dr. Lavinia Suryadi, M.Biomed, ABAARM